IOI 2009: Dua perak dan satu perunggu dari Bulgaria!

Plovdiv, Bulgaria, 14 Agustus 2009

Pukul 23.00, menjelang tengah malam, atau jam 3 dini hari WIB, dalam acara Closing Ceremony IOI 2009 di Amphitheater peninggalan Romawi, kota Provdiv, Bulgaria, siswa-siswi Indonesia diumumkan telah berhasil menyabet 2 medali perak dan 1 medali perunggu. Medali perak pertama atas nama Angelina Veni Johanna, siswi kelas 3 SMAK 1 BPK PENABUR, Jakarta Barat dengan skor 506, dan medali perak kedua atas nama Reinardus Surya Pradhitya, siswa baru saja lulus dari SMA Kanisius, Jakarta Pusat dengan skor 502. Sementara medali perunggu diperoleh atas nama Risan, siswa baru saja lulus dari SMAN 1, Tangerang, Banten, dengan skor 445. Sementara Christianto Handojo siswa kelas 3 SMA Kanisius, Jakarta Pusat, gagal memperoleh medali, dengan skor 389.

Prestasi tahun ini menurun dibanding tahun lalu yang berhasil menyabet 1 emas dan 3 perunggu. Namun, ada catatan baru yang telah ditorehkan dan layak untuk dibanggakan, yaitu untuk pertama kalinya peserta putri kita berhasil mendapatkan medali dan itupun langsung medali perak dengan score terbaik di antara semua peserta Indonesia. Prestasi ini telah meruntuhkan mitos bahwa dunia IT adalah identik dengan dunia lak-laki, dan khususnya sulit bagi peserta putri untuk bisa lolos masuk ke dalam tim TOKI. Hal ini pula diharapkan akan menjadi inspirasi bagi peserta putri lainnya untuk tidak kalah dari para peserta putra untuk berkiprah dalam dunia problem solving melalui programming ini. Kuncinya, selama berusaha dengan keras dan ulet baik dalam belajar maupun dalam pertandingan, masalah gender bukan lagi harus menjadi halangan.

Bagi Reinardus Surya Pradhitya, prestasi ini merupakan peningkatan dari prestasi tahun lalu yaitu dari medali perunggu menjadi perak di tahun ini. Siswa yang biasa disebut Adit ini, sebelumnya telah mentargetkan emas, namun di hari pertama ia tersandung pada soal yang seharusnya ia bisa kerjakan dengan baik sehingga kehilangan beberapa point. Di hari kedua, ia berhasil meningkatkan nilainya, namun secara total masih jauh di bawah batas untuk medali emas.

Risan yang juga adalah pemenang medali perunggu tahun lalu, kembali harus mengulangi perolehannya di tahun ini dengan perunggu pada hal Ia menargetkan hasil yang lebih baik. Sementara Christian Handojo kurang mujur terpaut hanya beberapa point (tidak sampai 5 point) dari bawah batas bawah penerima perunggu. Ia kehilangan beberapa point di soal yang seharusnya ia bisa kerjakan. Namun, seperti biasanya, di tingkat dunia, sedikit kesalahan berakibat sangat fatal. Beberapa peserta negara lain yang tahun lalu berhasil mendapatkan emas, tahun ini harus turun hanya mendapatkan perak bahkan ada di ataranya yang hanya perunggu, akibat kesalahan yang mirip.

Absolute winner tahun ini adalah Hennadzy Karatkevich, siswa dari Belarussia dengan skor 743. Namun secara umum dalam IOI tahun ini siswa-siswa Asia telah mendominasi perolehan medali emas yaitu merebut 13 dari 26 medali emas yang disediakan. Itupun tanpa menghitung 1 siswa dari Canada dan 1 dari Amerika Serikat yang notabene adalah juga siswa keturunan Asia. Emas terbanyak adalah Cina dan Korea masing-masing 3 emas, disusul Taiwan, Jepang, AS, Polandia,Romania, dan Belarusia yang masing-masing dua medali emas.

Jika membandingkan diri dengan negara-negara tersebut, amatlah kecil hasil yang kita peroleh, tetapi hasil 2 perak dan 1 perunggu ini tetaplah patut dibanggakan karena bukan prestasi yang mudah diraih. Banyak negara lain yang sudah maju namun gagal untuk bisa meraihnya, misalnya Australia dan Perancis kali ini masing-masing hanya mendapat 3 perunggu, bahkan Inggris dan New Zealand hanya 2 perunggu saja. Beberapa yang lain bahkan pulang dengan tangan hampa.

Dari pembicaraan antara team leader, soal-soal IOI sudah semakin tinggi kualitasnya di bandingkan soal-soal beberapa tahun yang lalu yang menuntut kemampuan analisis yang prima dan tajam sebelum melakukan coding. Tuntutan agar sekecil mungkin pengulangan pada soal-soal IOI menyebabkan munculnya soal-soal yang bersifat kombinasi dari aspek-aspek yang pernah ada. Soal-soal dengan teknik pemecahan yang sudah baku mulai ditinggalkan atau dianggap sebagai soal kategori mudah.

Nampaknya ke depan pembinaan nasional kita perlu disempurnakannya lagi dengan meningkatkan pembinaan kemampuan analitis para peserta. Proses seleksi yang belum menjaring potensi-potensi intelektual, yaitu akar kemampuan analitis, secara optimal perlu disempurnakan termasuk pemerintah-pemerintah daerah yang kurang serius dalam memilih siswa terbaiknya perlu lebih diarahkan. Pembinaan di tingkat daerah perlu lebih digalakkan untuk mengatasi ketimpangan prestasi antara dearah yang dekat ke pusat dengan daerah semakin menjauh dari pusat.

Prestasi terbaik bagaimana pun membutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua pihak. Mungkin itu terasa sebagai beban tapi beban itu jika dijalani secara maksimal dan bersama-sama dengan kerinduan untuk memajukan bangsa ini pada suatu saat akan memberikan buah kemajuan yang nyata.

Catatan:

Hasil lengkap IOI 2009 dapat dilihat di sini.
Soal-soal IOI 2009 dapat dilihat di sini.


Best regards,

Brian Marshal

a.n. Humas TOKI (Fauzan Joko Sularto)
berdasarkan kabar yang disampaikan oleh Bapak Suryana Setiawan dari Bulgaria