Tim Indonesia Meraih 2 Medali Perak dan 1 Medali Perunggu

Dua medali perak dan satu medali perunggu menjadi kado istimewa untuk Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-65 dari Tim Olimpiade Komputer Indonesia 2010 yang terdiri dari:

  1. ALHAM FIKRI AJI, Siswa SMA Negeri 1, Depok
  2. ASHAR FUADI, Siswa SMA Negeri 1, Bogor
  3. CHRISTANTO HANDOJO, Siswa SMA Kanisius, Jakarta
  4. HARTA WIJAYA, Siswa SMA St. Thomas, Medan

Deputy leader, contestants, dan delegation leader TOKI untuk IOI 2010.

Deputy leader, contestants, dan delegation leader TOKI untuk IOI 2010.

Dalam acara penutupan IOI 2010 di sebuah hall dekat kampus University of Waterloo, siswa-siswa Indonesia tersebut diumumkan telah berhasil menyabet 2 medali perak dan 1 perunggu. Medali perak pertama atas nama Alham Fikri Aji dengan skor 634 dan medali perak kedua atas nama Ashar Fuadi dengan skor 623. Sementara medali perunggu diperoleh atas nama Christianto Handojo dengan skor 595. Sementara Harta Wijaya dengan skor 532 gagal memperoleh medali, terpaut 6 poin dengan peraih medali perunggu terakhir.

Menurut Bapak Suryana Setiawan, Delegation Leader TOKI 2010, ”Prestasi tahun ini sama seperti prestasi TOKI tahun lalu di Plovdiv, Bulgaria dimana para peserta berhasil menyabet 2 perak dan 1 perunggu juga.”.

Bagi Alham Fikri Aji dan Ashar Fuadi, ini adalah kali pertama mereka mengikuti IOI dan mereka langsung berhasil mendapatkan medali perak, sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Bahkan Alham Fikri Aji yang biasa disapa Aji sempat diharapkan mendapatkan medali emas. Perolehan hari keduanya menempatkan ia di posisi ke-11 dari seluruh peserta (zona atas medali emas). Namun, sayang, perolehan hari pertamanya masih belum cukup membantu total skor Aji untuk berada di zona medali emas.

Bagi Christianto Handojo, prestasi ini merupakan peningkatan dari prestasi tahun lalu dimana ia gagal meraih medali.

Sementara Harta Wijaya, kurang mujur terpaut hanya 6 poin dari batas bawah penerima medali perunggu. Ia kehilangan poin yang cukup besar (sekitar 25 poin) di hari pertama dari soal yang seharusnya ia bisa kerjakan. Namun, seperti biasanya, dalam pertandingan tingkat dunia ini, sedikit kesalahan yang dilakukan dapat berakibat sangat fatal.

Posisi pertama tahun ini kembali diraih oleh Gennady Korotkevich, siswa belia dari Belarusia dengan skor 778 dari maksimal 800. Secara umum, pada tahun ini, negara-negara Asia bersaing ketat dengan negara-negara Eropa dan Amerika dalam kompetisi di zona medali emas. Amerika Serikat, yang memimpin di posisi pertama, meraih 3 emas dan 1 perak. Disusul dengan ketat oleh Cina, Jepang, dan Rusia yang masing-masing meraih 2 emas dan 2 perak. Selain mereka, Bulgaria, Republik Ceko, dan Jerman juga berhasil meraih 2 emas. Sedangkan 12 negara lainnya, termasuk tuan rumah Kanada, harus puas dengan perolehan 1 emas.

Jika membandingkan diri dengan negara-negara peraih medali emas, amatlah kecil hasil yang kita peroleh. Tetapi, hasil 2 perak dan 1 perunggu ini tetaplah patut dibanggakan karena bukan prestasi yang mudah diraih. Banyak negara lain yang sudah maju namun gagal untuk bisa meraihnya, misalnya Belanda yang hanya meraih 1 perak dan 2 perunggu, Perancis dengan 1 perak dan 1 perunggu, Australia dengan 2 perunggu, atau Inggris yang hanya meraih 1 perunggu. Beberapa yang lain bahkan pulang dengan tangan hampa. Prestasi Indonesia sendiri, yang berada di peringkat ke-21 dari antara semua negara peserta, sejajar dengan perolehan Itali, Hong Kong, dan Hungaria yang juga meraih 2 perak dan 1 perunggu.

Dari diskusi antara leader, soal-soal IOI pada tahun ini mengalami beberapa perubahan signifikan yang inovatif. Komite ilmiah internasional dan tuan rumah bekerja sama merancang soal-soal yang memiliki aspek interaktif, lebih mudah dimengerti ceritanya, dan berkaitan erat dengan permasalahan sehari-hari. Sebagai contoh, pada salah satu soal di hari kedua, para peserta dihadapkan dengan permasalahan kemacetan jalan raya. Selain itu, untuk pertama kalinya, pada tahun ini, perolehan nilai setiap peserta dapat disaksikan secara langsung melalui situs resmi IOI 2010. Alasan di belakang perubahan-perubahan ini adalah agar IOI dapat membantu dunia informatika untuk dikenal secara lebih luas lagi oleh semua kalangan. Terlepas dari perubahan-perubahan yang lebih bersifat format tersebut, kualitas soal-soal IOI tetap dijaga pada standard tertentu yang menuntut analisis, logika, dan kemampuan pemrograman yang tinggi dari setiap pesertanya.

Mengomentari tentang sistem pembinaan nasional, Suryana mengungkapkan bahwa ”Di masa mendatang, pembinaan nasional kita perlu disempurnakan lagi dengan meningkatkan pembinaan kemampuan analitis para peserta. Proses seleksi yang belum menjaring potensi-potensi intelektual, yaitu akar kemampuan analitis, secara optimal perlu disempurnakan termasuk pemerintah-pemerintah daerah yang kurang serius dalam memilih siswa terbaiknya perlu lebih diarahkan. Pembinaan pra nasional, di tingkat daerah, perlu lebih digalakkan untuk mengatasi ketimpangan prestasi antara dearah yang dekat ke pusat dengan daerah yang semakin menjauh dari pusat”.

Prestasi terbaik bagaimana pun membutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua pihak. Mungkin itu terasa sebagai beban tapi beban itu jika dijalani secara maksimal dan bersama-sama dengan kerinduan untuk memajukan bangsa ini pada suatu saat akan memberikan buah kemajuan yang nyata.

Seluruh rangkaian acara IOI 2010 sudah berakhir kemarin, rombongan tim Indonesia dijadwalkan akan tiba kembali di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta pada hari Minggu, 22 Agustus 2010 sekitar pukul 19:40 WIB dengan menumpang pesawat Cathay Pacific dari Hong Kong dengan nomor penerbangan CX 719.

Penghargaan dan terimakasih setinggi-tingginya kami perlu sampaikan kepada seluruh jajaran Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, atas segala dukungan yang telah diberikan sehingga seluruh proses seleksi, pembinaan dan keberangkatan tim dapat terlaksana dengan baik.

Terima kasih juga tidak lupa kami ucapkan kepada rekan-rekan pembina lainnya tidak ikut ke Kanada. Juga para alumni TOKI yang sangat penting partisipasinya baik langsung maupun tidak langsung dalam mengasah ketajaman analisis para adik-adiknya selama pembinaan. Dan seluruh masyarakat Indonesia yang telah memberi doa dan restunya sehingga segala sesuatunya dapat terjadi.

Semoga hasil ini dapat menjadi motivasi bagi para siswa kita di tanah air untuk berdiri tegak menghadapi tantangan masa depan. Prestasi ini telah membuktikan bahwa kita memiliki kemampuan yang tidak kalah dari bangsa lain selama kita mau belajar tekun dengan tekad yang kuat. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa masa depan penuh tantangan dan keberhasilan kita sangatlah ditentukan oleh keuletan untuk menguasai ilmu dan teknologi khususnya teknologi informasi dan ilmu komputer.

Jakarta, 21 Agustus 2010
Humas Tim Olimpiade Komputer Indonesia